Uklikinfo.com, Tips – Wanita saat ini berada pada posisi yang kurang menguntungkan saat hendak memasuki masa persalinan. Wanita tidak berdaya atas informasi (baca; ancaman) dari berbagai pihak, baik yang mengerti maupun yang tidak mengerti tentang persalinan.
Belum lagi dari informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan terkadang membuat wanita tidak punya pilihan atau bahkan memang tidak diberi pilihan.
Selama ini persalinan masih saja di gambarkan sebagai proses yang menyakitkan dan menakutkan. Ketakutan tersebut disebarkan melalui penggambaran dalam media, diperkuat oleh sistem kesehatan yang otoriter dan dibudidayakan oleh individu atau instansi yang mengambil keuntungan dari praktek melahirkan saat ini.
Kata-kata pamungkasnya adalah “Kami tidak tanggungjawab jika terjadi apa-apa” (jika pilihan yang diberikan tenaga kesehatan tidak diikuti si calon ibu).
Selama ini kita telah diprogram (baca ; di cuci otaknya) untuk tidak percaya dengan anatomi kita sendiri, sehingga banyak wanita yang tidak berdaya, dimanipulasi dan disalahgunakan oleh profesional kesehatan yang otoriter. Akhirnya banyak sekali para ibu yang trauma dan mengekspresikan perasaan kehilangan dan kegagalan untuk melahirkan secara normal.
Jika ibu merasa tidak aman atau tidak didukung maka ketakutan dan tingkat kecemasan meningkat, yang menciptakan ketegangan dalam tubuhnya.
Ketegangan ini menentang aksi pelepasan-pelepasan hormon bahagia pada proses persalinan, dan rasa sakit adalah hasilnya. Kejadian tersebut lebih dikenal sebagai syndrome FEAR ‘ketakutan-ketegangan-kesakitan’.
Pemicu hal tersebut adalah rasa takut melahirkan, takut dengan kondisi di rumah sakit, menghadapi tenaga kesehatan yang tidak sensitif atau terlalu banyak dan atau menjadi sasaran prosedur kesehatan invasif serta prosedur yang membatasi dan mengintimidasi.
Hasilnya sebagai tanggapan, tubuh akan memproduksi terlalu banyak hormon adrenalin / nonadrenalin pada tahap awal persalinan. Hal ini meningkatkan ketegangan otot dan mengurangi produksi oksitosin dan beta-endorphin sehingga menghasilkan tingkat rasa sakit yang lebih tinggi.
Kemudian memberikan obat-obatan penghilang rasa sakit sintetik melalui Intra Vena (IV) atau epidural malah akan menghambat produksi alami oksitosin, beta-endorfin dan prolaktin. Hal ini juga membatasi kebebasan bergerak, menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakmampuan untuk menggunakan gravitasi dan gerakan untuk membantu bayi melalui jalan lahir.
Ketika intervensi demi intervensi medis dilakukan maka akan muncul cascade (penurunan) persalinan yang seharusnya bisa terjadi seara alami justru menjadi persalinan yang harus dilakukan secara operasi,
Persalinan diharapkan bukan sekedar memberikan perasaan senang maupun lega karena telah melewatinya dengan keadaan baik-baik saja, namun lebih dari itu pengalaman persalinan mampu melampaui keadaan normal, yang memadukan kenikmatan fisik (orgasme saat melahirkan) dan kepuasan spiritual serta menghasilkan sensasi sukacita luar biasa, kegembiraan dan kebahagiaan abadi atas lahirnya si bayi.
Dengan begitu, kedepannya semakin banyak perempuan dan pasangan yang memilih untuk mempunyai otoritas dalam proses persalinan.
Pilihannya, wanita dapat mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan saat proses persalinan normal, atau penuh kekhawatiran melalui persalinan dengan cara lain?