Uklilinfo.com – Tagline ironi saat ini tentang keperawatan adalah Br. Patra Kevin Marinna Jauhari (Br. Singkatan kata Brunder = panggilan untuk perawat laki-laki kata lain selain Mantri) seorang perawat yang mengikuti panggilan hatinya mengabdi di distrik Oya, daerah pedalaman Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Daerah yang hanya memiliki Helikopter sebagai alat transportasi dan jalan kaki selama 3 hari sebagai solusi tanpa alat transportasi serta tak memiliki jaringan komunikasi modern.
Br. Patra tak pernah berfikir dua kali untuk menolak bertugas disana karena hal itu sudah menjadi kewajiban dan panggilan hatinya menjadi perawat dan pengabdi kemanusiaan.
Perawat yang ditugaskan oleh dinas kesehatan ini seharusnya sudah pulang saat bulan mei 2019, hanya saja helikopter yang ditunggu tak kunjung tiba hingga bulan Juni Helikopter yang ditunggu tiba untuk menjemput Br. Patra dalam kondisi tak lagi bernyawa.
Ironis, sangat ironis, kita tunggu saja konfirmasi pihak terkait menutupi kesalahan yang terjadi, apakah alasan karena antrian helikopter? Cuaca? Atau hal lainnya yang menjadi pembenaran para penanggung jawab.
Ironi Br. Patra hanya satu dari sekian banyak Ironi yang terjadi pada perawat Di Indonesia termasuk upah perawat suka dan rela yang berkisar hanya 150 ribu rupiah. Mungkin banyak yang menyela “jangan jadi perawat jika tak mau upah murah”… atau “jangan kerja jika tak mau upah murah” atau “alih profesi sajalah”… sebelum mengucapkan hal itu bertanyalah pada diri sendiri dahulu…
Jika perawat tak ada, siapa yang akan merawat? Jika jumlah perawat hanya sedikit dan tak sebanding jumlah pasien, siapa yang akan memenuhi panggilan pasien jika membutuhkan bantuan?…. Ironi bukan??
Sekedar informasi saja, petugas kesehatan yang terbanyak di bidang kesehatan adalah Perawat. profesi perawat adalah profesi terbanyak melakukan pelayanan kepada pasien, karena itu, jika perawat mogok kerja dipastikan RS ataupun Puskesmas akan Lumpuh. Why? Coba saja, mulai dari ruangan poli, UGD/IGD, ruang Operasi, ruang ICU dan ruang perawatan hingga bagian manajemen perawat terlibat didalamnya.
Contoh nyata, yang menunggu pasien 1×24 jam itu perawat yang bertugas terbagi dalam 3 shift kerja, memenuhi kebutuhan pasien mulai dari kebutuhan oksigenasi hingga eliminasi dan bahkan spiritual pasien. Walau perawat terpisah ruangan dari pasien tapi perawat tetap standby di Nurse Station untuk menunggu panggilan dan permintaan bantuan dari pasien, namun sebenarnya, tanpa panggilan pun perawat telah memiliki catatan perkembangan pasien yang digunakan untuk memantau kebutuhan pasien.
Profesi keperawatan termasuk dalam profesi yang tak bisa meliburkan diri, karena itu, jika perawat ingin mogok kerja akan ada perang batin yang mereka alami. Jika perawat ingin meliburkan diri (baca mogok kerja) mereka akan merasa kasihan pada pasien… Siapa yang akan merawat? Siapa yang akan menjaga? Siapa yang akan mengarahkan? Siapa yang akan membantu kebutuhan biopsikososialnya selama dirawat?
Hal ini terjadi karena perawat bukan hanya profesi biasa tapi karena perawat adalah profesi yang mengikuti panggilan jiwa. Seseorang yang menjadi perawat akan tersaring dengan sendirinya, sesuai dengan panggilan jiwanya apakah ingin tetap menjadi perawat ataukah berganti profesi mengejar UMR.
Menjadi perawat tak hanya berbekal pendidikan di bangku kuliah namun juga memiliki panggilan jiwa dan sense of caring karena tanpa panggilan jiwa dan caring seseorang tak akan mampu menjadi perawat. panggilan jiwa?
Caring? Yup… kamu harus punya caring agar dapat merawat seseorang yang bukan keluarga, bukan tetangga, bukan siapa-siapa dan baru berjumpa untuk dirawat layaknya merawat ayah/ibu sendiri. tak boleh ada rasa jijik, rasa malu ataupun dendam merawat pasien karena dimata perawat Pasien membutuhkan perlakukan yang sama dan adil sesuai kebutuhan mereka selama mereka sakit dan dirawat.
Menjadi perawat juga membutuhkan “Mother Insting” karena insting seorang ibu adalah insting yang tak bisa dibohongi dan pasti tepat. Insting ini hanya dimiliki oleh sebahagian orang dan pastinya seorang perawat pasti memiliki mother insting. Dengan insting ini, perawat akan tahu apakah keluhan pasien ini benar ataukah hanya keluhan modus agar di rawat oleh perawat yang cantik dan ganteng.
Penulis : Tari
Editor : Ulul
Tonton Juga : Capacity Building PPNI Palopo