Uklikinfo.com – Secara garis besar, introvert adalah mereka yang cenderung menghindari keramaian karena berinteraksi dengan orang lain bukanlah keahliannya. Sebaliknya, ekstrovert justru selalu mencari keramaian, karena mereka merasa punya ‘power‘ kalau ngobrol dengan orang lain. Uniknya, di dunia ini jarang banget ada yang benar-benar 100% introvert atau 100% ekstrovert. Karena ternyata 2/3 manusia di bumi itu ambivert, atau ada di tengah-tengahnya.
Tanpa perlu bertanya, setiap orang dapat mengira apakah orang yang ia temui memiliki kepribadian introvert atau ekstrovert. Tanda sederhananya dapat dilihat dari cara bersikap seseorang. Biasanya, ekstrovert cenderung lebih ekspresif dalam bersikap dibandingkan dengan introvert. Namun, tahukah Anda jika kepribadian yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kesehatannya?
Kepribadian tidak sesederhana hanya melihat seorang introvert atau ekstrovert. Kepribadian lebih kompleks dari apa yang diketahui selama ini, setiap orang pun cenderung tidak sepenuhnya introvert atau ekstrovert. Mereka sering kali memiliki paduan antara kedua kepribadian tersebut yang disebut Ambivert.
Beberapa studi telah menemukan hubungan antara kepribadian dengan alasan mengapa ada orang yang lebih sehat dibandingkan yang lain.
Ekstrovert memiliki sistem imun yang lebih kuat
Studi dari University of Nottingham dan University of California menemukan bahwa orang yang berkepribadian terbuka memiliki sistem imun yang lebih kuat dibandingkan orang yang berkepribadian tertutup. Sikap ekstrovert yang eskpresif dan bersemangat dianggap dapat mempengaruhi kekuatan sistem imun karena kegembiraan dapat menaikkan kekebalan tubuh.
Selain itu, ekstrovert dianggap memiliki respon inflamasi yang lebih baik. Respon inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Sedangkan introvert dianggap memiliki respon inflamasi yang lebih lemah. Imunitas introvert juga mungkin terhambat karena mereka cenderung lebih jarang merasakan emosi positif yang berasal dari interaksi sosial.
Ekstrovert lebih sulit fokus saat mengantuk
Penelitian dari Walter Reed Army Institute pada tahun 2010 menemukan bahwa introvert lebih dapat menahan dampak negatif akibat kurang tidur dibandingkan ekstrovert.
Mereka yang memiliki kepribadian ekstrovert dianggap sering kali menghabiskan waktu lebih banyak untuk berinteraksi sosial. Interaksi sosial tersebut ternyata dapat membuat otak yang mengatur konsentrasi merasa kelelahan. Akibatnya, mereka lebih sulit bekronsentrasi dan menjadi kurang hati-hati dibandingkan introvert.
Adanya rangsang kortikal di otak yang lebih tinggi pada introvert juga menjadi penyebab seorang introvert lebih dapat fokus saat mengantuk dibandingkan dengan ekstrovert.
Keramaian membuat introvert lebih mudah stres
Tanpa di sadari, kepribadian memiliki kaitan erat dengan cara seseorang mengatasi stres. Tingkat gairah kortikal yang lebih tinggi juga membuat introvert lebih kuat terhadap rangsangan luar seperti pemandangan dan suara. Hal tersebut membuat introvert lebih merasa “tertekan” jika berada di lingkungan yang ramai, keras atau penuh sesak. Akibatnya, hal tersebut membuat mereka lebih mudah merasakan kecemasan dan stres dibandingkan ekstrovert.
Oleh karena mereka lebih rentan terhadap kecemasan, introvert memiliki risiko depresi klinis yang lebih tinggi. Setidaknya satu penelitian dengan sampel kecil menemukan bahwa anggota populasi depresi secara klinis cenderung memiliki kepribadian introvert.
Namun, meskipun tidak semua orang introvert membenci keramaian, kebanyakan dari mereka lebih memilih bergaul dengan lingkup pertemanan yang lebih kecil, dibanding dengan kelompok besar atau dengan orang-orang yang tidak dikenal dekat. Sebaliknya, ekstrovert justru mencari situasi ramai untuk meningkatkan tingkat gairah mereka sendiri.
Introvert memiliki kekuatan pemikiran yang dalam
Studi telah menemukan bahwa ketika memproses stimulasi, introvert memiliki lebih banyak aktivitas di daerah otak yang memproses informasi, membuat makna, dan pemecahan masalah. Sehingga tidak mengherankan jika introvert lebih mampu memilih untuk membuat keputusan dengan pertimbangan yang matang dibandingkan dengan pertimbangan singkat. Penelitian juga telah menemukan adanya hubungan antara kemampuan tersebut dengan kesehatan yang lebih baik dalam jangka panjang.
Kaitan ini bukan untuk menandakan bahwa introvert lebih sehat dibandingkan ekstrovert atau sebaliknya. Kaitan ini hanya untuk menunjukkan bahwa ternyata, tanpa kita sadari, kepribadian memiliki pengaruh terhadap kesehatan. Hal ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui apa yang terjadi pada tubuh dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk tubuh agar tetap berada dalam keadaan sehat.