UKLIKINFO.COM – Ketahanan pangan harus menjadi perhatian bersama dan dipersiapkan secara serius sebab situasi global kurang menguntungkan. Indonesia juga perlu memitigasi El Nino yang kemungkinan lebih panjang dibandingkan perkiraan sebelumnya. Dalam kaitan itu, Pemerintah telah mengupayakan berbagai langkah untuk menjaga ketahanan pangan menghadapi situasi yang tidak menguntungkan.
Rina Mardiana, Dosen Departmen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan bahwa jika merujuk pada Indeks Ketahanan pangan Global, Indonesia berada di posisi 67 dibawah Singapura, Malaysia, dan Vitenam. Indikator-indikator dari ketahanan pangan global adalah keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan mutu pangan, SDA dan keamanannya. Kondisi ketahanan pangan dengan status gizi masyarakat dapat merujuk pada data Kemensos tahun 2022 yakni tingkat stunting yang masih cukup tinggi sekitar 21 persen.
“Ketahanan pangan global kita yang belum cukup menggembirakan terdapat di indikator ketersediaan. Perubahan iklim mengakibatkan adanya anomali cuaca seperti musim hujan dan musim kemarau yang berkepanjangan. Ini berdampak pada masa produktifitas pertanian dan tekanan organisme pengganggu pertanian tidak bisa diprediksi,” kata Rina saat mengisi podcast Menjaga Ketahanan Pangan di Era Perubahan Iklim di IPB TV.
Rina Mardiana menambahkan ketika berbicara terkait ketahanan pangan yang merujuk ada sejumlah indikator, maka sebetulnya tingkatan yang harus dicermati yakni pada skala rumah tangga. Langkah-langkah untuk mewujudkan ketahanan pangan yakni dengan keberpihakan politik pemerintah untuk reforma agraria, melakukan keanekaragaman pangan, dan hasil produksi pertanian dapat terserap oleh pasar.
“Keberlimpahan sumber pangan ada di daratan dan lautan, sumber daya pangan hewani semua melimpah ruah di dalam agraris maritim. Bagaimana proses keterjangkauan pangan akan berkaitan dengan akses pangan di konsumen. Dengan teknologi, IPB membangun hub atau konektivitas antar pangan di daratan dan lautan sehingga menjadikan konsep agro maritim 4.0,” pungkasnya. (*/dirman)